Wednesday 1 August 2012

Istanbul Day 2 : Business Talk at Grand Bazaar

Hari kedua saya di Istanbul,

Pagi ini diawali dengan sesuatu yang berbeda dari kemarin, saya mendapat waktu tidur yang cukup sehingga dapat memulai hari dengan lebih bersemangat.

saya sengaja memulai aktivitas pada siang hari (jam 11 siang) karena seperti post saya sebelumnya, orang Turki kebanyakan baru membuka toko dan beraktivitas lepas pukul 10 pagi. Tujuan pertama saya adalah Spice Bazaar, dimana terdapat bermacam-macam rempah-rempah dan makanan yang dijual di sana. Untuk mencapai tempat ini anda cukup berjalan melewati Bosphorus bridge dari arah Galata Tower atau dapat juga dengan naik tram dan berhenti di stasun Eminonu. Tak jauh dari tempat itu juga terdapat sebuah toko kopi Turki terkenal "Kurukahveci Mehmet Efendi Mahdumlan", mereka menawarkan kopi Turki dengan variasi harga (50gr - 1,5TL, 100gr - 3TL, 250gr - 7,5TL, 500gr - 15TL, 1kg - 30TL), saya sangat merekomendasikan kopi ini untuk dijadikan cinderamata maupun dikonsumsi pribadi.

Selanjutnya saya berencana melanjutkan perjalanan saya ke Grand Bazaar yang letaknya tak jauh dari sana. Saat itulah saya bertemu dengan seorang kenalan dari hostel yang sama tempat saya menginap. Akhirnya kami berencana untuk bersama-sama pergi ke Grand Bazaar. Perlu diketahui, jalanan di Turki adalah berbukit - bukit (terdiri dari tanjakan dan turunan yang curam) dan hal ini diperparah dengan adanya jalan bercabang yang lumayan banyak di setiap ruas jalan. Kami tersesat di tengah jalan, untunglah saya sebelumnya telah mempelajari beberapa kata sederhana dalam bahasa Turki sehingga saya dapat menanyakan kepada penduduk lokal kemana arah Grand Bazaar.

Grand Bazaar merupakan salah satu pasar beratap (covered markets) yang terbesar dan terluas di dunia. Terdiri dari 61 jalan dan lebih dari 3000 toko tempat ini dikunjungi oleh 250.000 - 400.000 pengunjung tiap hari nya. Di sini anda dapat menemukan berbagai macam barang khas Turki yang dapat anda gunakan untuk oleh-oleh maupun koleksi pribadi. Jujur saya tertarik dengan Karpet Turki yang memang sangat indah dan Kilij (pedang khas Turki). Namun sayangnya, kedua benda ini cukup merepotkan untuk dibawa, termasuk bagi low-budget traveler seperti saya.

Di sini saya dan teman baru saya, Leo Yin terlibat perbincangan yang cukup menarik tentang bisnis. Saya baru tahu kalo ternyata dia lulusan MBA yang baru saja diwisuda 4 bulan yang lalu dan saat ini sedang melakukan trip terakhirnya sebelum memasuki dunia kerja. Turki merupakan persinggahan terakhirnya sebelum dia kembali ke kota aslnya, Brisbane Australia dan bekerja di salah satu perusahaan akuntan publik ternama di dunia sebagai konsultan. Dia juga bercerita tentang bisnis yang sedang dijalani nya dan mimpi-mimpinya ke depan. Saya sangat terinspirasi dengan pandangan hidup yang dia ceritakan. Dia juga memberikan beberapa masukan dan saran tentang bisnis yang akan saya lakukan setelah lulus nanti, kami berjanji untuk selalu menjaga hubungan baik dan saling men-support satu sama lain. Di sini saya baru menyadari bahwa perbincangan bisnis terasa lebih menarik apabila dilakukan sambil berjalan-jalan santai menikmati pemandangan. Kesan yang ditimbulkan pun berbeda dengan perbincangan yang dilakukan di atas meja kerja. Selain itu hal ini didukung oleh keadaan kota Istanbul yang memang cocok sekali digunakan untuk berjalan-jalan santai.

Selanjutnya saya dan Leo Yin berpisah jalan, dia memutuskan untuk pergi ke Blue Mosque sedangkan saya memilih Aya Sophia dan Basilica Cistern sebagai tempat tujuan untuk hari ini.

Saya memasuki Aya Sophia dengan membayar 25TL untuk sekali masuk, jumlah yang cukup besar bagi saya namun terbayarkan dengan keindahan bangunan dan interior yang ada di sana. Aya Sophia merupakan salah satu gedung (dan mungkin satu-satunya di dunia!) dimana anda dapat melihat ornamen-ornamen agama Nasrani bersanding dengan unsur-unsur Islami. Hal ini dapat terjadi karena di masa lampau bangunan ini pernah dipakai sebagai gereja, kemudian dialihfungsikan sebagai masjid oleh pemerintah berkuasa saat itu. Saat ini pemerintah Turki menetapkan bahwa Aya Sophia hanya menjadi Museum saja dan bukan tempat beribadah. Di sini anda dapat pergi ke Upper Wing untuk menikmati interior bangunan dari lantai atas. Bagi anda yang sebelumnya pernah memainkan game Assassin's Creed: Revelations anda tentu tidak asing dengan bangunan ini karena desain yang ada d game itu benar-benar sama persis dengan kondisi nyata.

Tujuan selanjutnya adalah Basilica Cistern, tempat penampungan air yang pernah menjadi setting film James Bond, From Russia With Love ini dapat kita kunjungi dengan membayar 10TL sebagai tiket masuk. Di dalamnya terdapat pilar-pilar penopang yang telah dibangun dari abad ke 6 oleh Emperor Justinian I. Udara di dalamnya sangat lembab dan lantai kayunya pun licin sehingga kita harus hati-hati saat melangkah. Di dalam Basilica Cistern ini terdapat 2 patung kepala Medusa yang diletakkan miring dan terbalik. Legenda mengatakan hal ini dilakukan untuk menangkal sihir Medusa yang menurut legenda dapat mengubah siapapun yang melihatnya menjadi batu.

Hari telah sore ketika saya keluar dari Basilica Cistern, saya memutuskan untuk mengunjungi Topkapi Palace tetapi tempat itu ditutup untuk umum pada hari Selasa, mungkin saya harus kesana lagi esok hari. Saya memutuskan untuk singgah di New Mosque untuk melaksanakan sholat dan menunggu hingga matahari tidak terlalu terik untuk melanjutkan perjalanan.

Kemudian saya berjalan kaki menyeberangi kolong Bosphorus Bridge. Di sana banyak terdapat restoran yang menyediakan menu makanan seafood. Angin di sana sangat kencang sehingga berhati-hatilah bagi anda yang mengenakan topi atau scarf untuk selalu menjaga barang tersebut jangan sampai jatuh ke air. Saya berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan Asian Side dari Istanbul yang terhampar nun jauh di sana.

Saya berjalan kembali ke Istiklal Street dengan melewati rute via Galata Tower, saya tidak mengunjungi menara ini pada hari ini karena sangat ramai dengan pengunjung dan jumlah orang yang dapat memasukinya pun dibatasi.

Sampai di Istiklal Street saya tertarik dengan beberapa pengamen jalanan (busking) yang menampilkan permainan akordion, biola dan bahkan boneka ventriloquist. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah permainan akordion seorang bapak-bapak tua dengan irama Gypsy Jazz yang sangat kental, saya merasa seperti tengah berada di perkampungan gypsy di belahan romania sana dengan api unggun di depan mata, permainan musik dan orang-orang yang menari di sekitar saya.

Ketika saya tengah berjalan untuk kembali ke tempat penginapan, saya tertarik dengan poster film Dark Knight Rises yang dipajang di pinggir jalan. Saya ingat belum menonton film ini di Indonesia dan karena saya mempunyai kebiasaan untuk mencoba bioskop yang ada di negara yang saya kunjungi maka saya memutuskan untuk membeli tiket seharga 8TL dan menonton film itu.

Bioskop yang saya kunjungi merupakan bioskop kecil bernama cinemajestic. Bioskop ini sangat kecil dengan layar yang kira-kira hanya sebesar dinding kamar saya di Bandung. Namun sistem suara yang digunakan sangat dahsyat bahkan anda dapat mendengar suara langkah kaki dengan benar-benar real. Uniknya, bioskop di Turki mempunyai "half-time" atau waktu istirahat 10 menit di tengah-tengah film. Awalnya saya dan Jason, pria Australia di depan saya sempat kebingungan dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba film berhenti di tengah-tengah, lampu menyala dan semua orang keluar dari ruangan. Saat itu perasaan bingung dengan apa yang terjadi dan marah karena bahkan film nya pun belum selesai bercampur aduk. Untunglah saya mendapat penjelasan dari salah seorang pengunjung yang tidak ikut meninggalkan ruangan bahwa itu adalah waktu istirahat 10 menit yang bisa digunakan untuk ke toilet maupun membeli makanan. Akhirnya saya dan Jason memutuskan untuk ikut keluar dari ruangan bioskop. Sepuluh menit kemudian film kembali dilanjutkan. Menurut saya film Dark Knight Rises ini sangat BRILLIANT!!

Setelah film selesai saya memutuskan untuk kembali ke penginapan karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan badan saya sudah sangat kecapekan. Di tengah jalan saya dihampiri oleh penduduk lokal yang tiba-tiba bersikap sangat ramah dan mengajak saya untuk pergi ke bar hanya sekedar untuk minum dan ngobrol. Saya ingat pernah membaca jenis scam (tipuan) seperti ini sehingga saya langsung saja menolak ajakan tersebut. Anda yang berkunjung ke Istanbul juga harus waspada terhadap tipuan semacam itu, apabila anda mengikuti ajakannya maka anda dapat dirampok ataupun terkena slip pembayaran overcharge di bar tersebut. Cukup katakan saja bahwa ini merupakan kunjungan anda yang kesekian di Istanbul dan anda sedang menunggu teman anda yang orang asli Turki. Untuk itu diperlukan juga pengetahuan geografis yang cukup bagus mengenai daerah-daerah yang ada di Istanbul maupun Turki.

Selesai sudah perjalanan saya di hari ini, tunggu cerita saya selanjutnya.... :)

"I can see through almost any scam, especially one perpetrated by the federal government. I can see through it... they can't pull the wool over my eyes, it's absolutely freakin' impossible to pull the wool over my eyes about the government."
- Gary Coleman-

No comments:

Post a Comment